Kamis, 27 Maret 2014

Dampak Teknologi terhadap Diri seseorang

     Saat ini Teknologi memang sudah sangat canggih dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Dimana handphone hanya sekedar berguna untuk Telpon atau pun Sms dan Komputer dengan Monitor yang sangat besar dan CPU yang memastikan komputer ini hanya dapat kita gunakan ditempat menetap ( Dirumah/lab). 
   Seiring berjalannnya waktu, Teknologi yang hadir semakin membuat lengkap hidup kita. Bayangkan saja bila sampai saat ini Laptop belum ada, apa yang akan terjadi kepada Guru atau pun Dosen yang harus mengangkat Komputer untuk digunakannya mengajar. Selain Laptop masi ada Teknologi yang lebih nyaman untuk digunakan dalam Metode Pengajaran, yaitu IPAD dan Tablet.
    Teknologi juga sangat membantu seseorang dalam Usaha, Jual-Beli Online misalnya. Kita dapat mengambil contoh dengan saya sendiri, selain kuliah saya juga sibuk mencari uang Sampingan dengan berjualan Pancake Durian, saya tidak perlu menyia-nyiakan waktu untuk pergi berkeliling berjualan diluar saya cukup menggunakan SmartPhone yang saya miliki dengan cara membuat akun tersendiri atas nama jualan saya, mempromosikannya lewat Twitter, Facebook, Instagram dan Blackberry Messanger . Namun dibalik semua sisi positiv tentang Teknologi saya juga sangat merasa dirugikan oleh Teknologi.
     Jujur saja, saya termasuk orang yang kecanduan dengan Internet. karna saya merasa paket data Internetan belum cukup membuat saya puas, akhirnya saya memutuskan untuk menggunakan jaringan Hot-Spot Speedy dirumah sehingga saya dapat dengan mudah mengakses Internet kapan pun saya mau. Entah ini hanya terjadi ke saya sendiri atau bahkan orang lain pun mengalami. 
     Hampir semua akun sosial media saya punya, mulai Blackberry Messager, Facebook, Twitter, Instagram, Path, SoundCloud dan Line. hampir setiap hari saya selalu update di ke 7 socmed yang saya miliki. Mulai dari bangun tidur saya selalu mengecek gadget saya sampai saya pun lupa waktu, dan hal ini selalu membuat saya terlambat masuk mata kuliah. saat pulang kuliah waktu tidur siangpun direnggut oleh social media, hingga malam saya jadi terbiasa online hingga larut malam dan melupakan waktu tidur yang baik untuk kesehatan.

 

Rabu, 26 Maret 2014

Biografi dan Teori 3 Ahli Psikologi Humanistik



BIOGRAFI CARL ROGERS
Carl Rogers adalah seorang psikolog yang terkenal dengan pendekatan terapi klinis yang berpusat pada klien (client centered). Rogers kemudian menyusun teorinya dengan pengalamannya sebagai terapis selama bertahun-tahun. Teori Rogers mirip dengan pendekatan Freud, namun pada hakikatnya Rogers berbeda dengan Freud karena Rogers menganggap bahwa manusia pada dasarnya baik atau sehat. Dengan kata lain, Rogers memandang kesehatan mental sebagai proses perkembangan hidup alamiah, sementara ],kejahatan, dan persoalan kemanusiaan lain dipandang sebagai penyimpangan dari kecenderungan alamiah.
Carl Ransom Rogers lahir di Oak Park, IIIionois, pada 8 Januari 1902. Pada umur 12 tahun keluarganya mengusahakan pertanian dan Rogers tertarik kepada pertaniann secara ilmiah. Pertanian inilah yang membawanya ke perguruan tinggi di Un.of Wisconsin pada 1924 dia lalu masuk Union Theological Seminary di New York City dimana dia mendapat pandangan yang liberal dan filsafat mengenai agama. Kemudian pindah ke Teacher College of Columbia dan dia mendapat gelar M.A pada tahun 1928 dan doktor pada 1931 di Colombia. Pegalaman praktisnya yang pertama diperoleh di Institute for Child Guidance, lembaga tersebut orientasinya Freudian.  Rogers menemukan bahwa pemikiran Freudian yang spekulatif itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik itu tidak cocok dengan pendidikan yang diterimanya yang mementingkan statistik dan pemkiran menurut aliran Thorndike.
Setelah mendapat doktor, Rogers menjadi anggota staf Rochester Guindance Center dan kemudian menjadi pemimpinya . Dan pada tahun 1940 Rogers menerima tawaran untuk menjadi guru besar psikologi di Ohio State Univrsity. Perpindahan dari pekerjaan klinis ke suasana akademis ini dirasa oleh rogers sendiri sangat tajam, karena rangsangan – rangsanganya dia merasa terpaksa harus membuat pandangan – pandangan dalam psikoterapi itu menjadi jelas. Dan ini dikerjakanya pada tahun 1942 dalam buku : Counseling and psychotherapy. Pada tahaun 1945 Rogers menjadi maha guru pskologi  di universitas of Chicago, yang jabatanya hingga kini. Tahun 1946 – 1957 menjadi Presiden American Psychological Association. Dan meninggal dunia tanggal 4 Februari 1987 karena serangan jantung.
Teori Rogers didasarkan pada suatu "daya hidup" yang disebut kecenderungan aktualisasi. Kecenderungan aktualisasi tersebut diartikan sebagai motivasi yang menyatu dalam setiap diri makhluk hidup dan bertujuan mengembangkan seluruh potensinya semaksimal mungkin. Jadi, makhluk hidup bukan hanya bertujuan bertahan hidup saja, tetapi ingin memperoleh apa yang terbaik bagi keberadaannya. Dari dorongan tunggal inilah, muncul keinginan-keinginan atau dorongan-dorongan lain yang disebutkan oleh psikolog lain, seperti kebutuhan untuk udara, air, dan makanan, kebutuhan akan rasa aman dan rasa cinta, dan sebagainya.

TEORI CARL ROGERS
a.    Aktualisasi Diri
Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide-ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman-pengalaman terapeutiknya.
Ide pokok dari teori – teori Rogers yaitu individu memiliki kemampuan dalam diri sendiri untuk mengerti diri, menentukan hidup, dan menangani masalah–masalah psikisnya asalkan konselor menciptakan kondisi yang dapat mempermudah perkembangan individu untuk aktualisasi diri.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri. Jadi manusia yang sadar dan rasional tidak lagi dikontrol oleh peristiwa kanak-kanak seperti yang diajukan oleh aliran Freudian, misalnya toilet trainning, penyapihan ataupun pengalaman seksual sebelumnya.
Rogers lebih melihat pada masa sekarang, dia berpendapat bahwa masa lampau memang akan mempengaruhi cara bagaimana seseorang memandang masa sekarang yang akan mempengaruhi juga kepribadiannya. Namun ia tetap berfokus pada apa yang terjadi sekarang bukan apa yang terjadi pada waktu itu.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi-potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak-kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Rogers dikenal juga sebagai seorang fenomenologis, karena ia sangat menekankan pada realitas yang berarti bagi individu. Realitas tiap orang akan berbeda–beda tergantung pada pengalaman–pengalaman perseptualnya. Lapangan pengalaman ini disebut dengan fenomenal field. Rogers menerima istilah self sebagai fakta dari lapangan fenomenal tersebut.
b.    Perkembangan Kepribadian
Konsep diri (self concept) menurut Rogers adalah bagian sadar dari ruang fenomenal yang disadari dan disimbolisasikan, dimana “aku“ merupakan pusat referensi setiap pengalaman. Konsep diri merupakan bagian inti dari pengalaman individu yang secara perlahan dibedakan dan disimbolisasikan sebagai bayangan tentang diri yang mengatakan “apa dan siapa aku sebenarnya“ dan “apa yang sebenarnya harus saya perbuat“. Jadi, self concept adalah kesadaran batin yang tetap, mengenai pengalaman yang berhubungan dengan aku dan membedakan aku dari yang bukan aku.
Konsep diri ini terbagi menjadi 2 yaitu konsep diri real dan konsep diri ideal. Untuk menunjukkan apakah kedua konsep diri tersebut sesuai atau tidak, Rogers mengenalkan 2 konsep lagi yaitu:
1.    Incongruence
Incongruence adalah ketidakcocokan antara self yang dirasakan dalam pengalaman aktual disertai pertentangan dan kekacauan batin.
2.    Congruence
Congruence berarti situasi dimana pengalaman diri diungkapkan dengan seksama dalam sebuah konsep diri yang utuh, integral, dan sejati.
Menurut Rogers, para orang tua akan memacu adanyaincongruence ini ketika mereka memberikan kasih sayang yang kondisional kepada anak-anaknya. Orang tua akan menerima anaknya hanya jika anak tersebut berperilaku sebagaimana mestinya, anak tersebut akan mencegah perbuatan yang dipandang tidak bisa diterima. Disisi lain, jika orang tua menunjukkan kasih sayang yang tidak kondisional, maka si anak akan bisa mengembangkan congruence-nya. Remaja yang orang tuanya memberikan rasa kasih sayang kondisional akan meneruskan kebiasaan ini dalam masa remajanya untuk mengubah perbuatan agar dia bisa diterima di lingkungan.
Dampak dari incongruence adalah Rogers berfikir bahwa manusia akan merasa gelisah ketika konsep diri mereka terancam. Untuk melindungi diri mereka dari kegelisahan tersebut, manusia akan mengubah perbuatannya sehingga mereka mampu berpegang pada konsep diri mereka. Manusia dengan tingkat incongruence yang lebih tinggi akan merasa sangat gelisah karena realitas selalu mengancam konsep diri mereka secara terus menerus.
Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Perkembangan diri dipengaruhi oleh cinta yang diterima saat kecil dari seorang ibu. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard(tak bersyarat).
• Jika individu menerima cinta tanpa syarat, maka ia akan mengembangkan penghargaan positif bagi dirinya(unconditional positive regard) dimana anak akan dapat mengembangkan potensinya untuk dapat berfungsi sepenuhnya.
• Jika tidak terpenuhi, maka anak akan mengembangkan penghargaan positif bersyarat (conditional positive regard). Dimana ia akan mencela diri, menghindari tingkah laku yang dicela, merasa bersalah dan tidak berharga.
Rogers menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.
POKOK-POKOK TEORI ROGERS
Konsepsi-konsepsi pokok dalam teori Rogers adalah:
1.    Organism, yaitu keseluruhan individu (the total individual)
Organisme memiliki sifat-sifat berikut:
·         Organisme beraksi sebagai keseluruhan terhadap medan phenomenal dengan maksud memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
·         Organisme mempunyai satu motif dasar yaitu: mengaktualisasikan, mempertahankan dan mengembangkan diri.
·         Organisme mungkin melambangkan pengalamannya, sehingga hal itu disadari, atau mungkin menolak pelambangan itu, sehingga pengalaman-pengalaman itu tak disadari, atau mungkin juga organisme itu tak memperdulikan pengalaman-pengalamannya.
2.    Medan phenomenal, yaitu keseluruhan pengalaman(the totality of experience)
Medan phenomenal punya sifat disadari atau tak disadari, tergantung apakah pengalaman yang mendasari medan phenomenal itu dilambangkan atau tidak.
3.    Self, yaitu bagian medan phenomenal yang terdiferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai bermacam-macam sifat:
·           Self berkembang dari interaksi organisme dengan lingkungan.
·           Self mungkin menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara (bentuk) yang tidak wajar.
·           Self mengejar (menginginkan) consistency(keutuhan/kesatuan, keselarasan).
Organisme bertingkah laku dalam cara yang selaras(consistent) dengan self.Pengalaman-pengalaman yang tak selaras dengan stuktur self diamati sebagai ancaman.Self mungkin berubah sebagai hasil dari pematangan(maturation) dan belajar.
DINAMIKA KEPRIBADIAN
Rogers mengemukakan lima sifat khas dari seseorang yang berfungsi penuh:
1)   Keterbukaan pada pengalaman
Yang berarti bahwa seseorang tidak bersifat kaku dan defensif melainkan bersifat fleksibel, tidak hanya menerima pengalaman yang diberikan oleh kehidupan, tapi juga dapat menggunakannya dalam membuka kesempatan lahirnya persepsi dan ungkapan-ungkapan baru.
2)   Kehidupan eksistensial
Orang yang tidak mudah berprasangka ataupun memanipulasi pengalaman melainkan menyesuaikan diri karena kepribadiannya terus-menerus terbuka kepada pengalaman baru.
3)   Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Yang berarti bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar, merupakan pedoman yang sangat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan yang lebih dapat diandalkan daripada faktor-faktor rasional atau intelektual.
4)   Perasaan bebas
Semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak.
5)   Kreativitas
Seorang yang  kreatif bertindak dengan bebas dan menciptakan hidup, ide dan rencana yang konstruktif, serta dapat mewujudkan kebutuhan dan potensinya secara kreatif dan dengan cara yang memuaskan.
APLIKASI
Carl Roger sebenarnya tidak begitu banyak memfokuskan kepribadian. Teknik terapi lebih banyak mewarnai berbagai karya akademiknya. Mula-mula corak konseling ini disebut  non-directive therapy, kemudian digunakan Client Centered therapydengan maksud individualitas konseling yang setaraf  dengan individualitas konselor. Menurut Rogers, dalam teknik ini ingin diciptakan suasana pembicaraan yang permisif.
Dalam dunia psikologi Rogers selalu dihubungkan dengan metode psikoterapi yang dikemukakan dan dikembangkannya. Terapi yang dikemukakannya itu dinamakan: non-directive therapy atau client centered therapy.Non-directive therapy ini menjadi popular karena:
·         Secara historis lebih terikat kepada psikologi daripada kedokteran
·         Mudah dipelajari
·         Untuk mempergunakannya dibutuhkan sedikit atau tanpa pengetahuan mengenai diagnosis dan dinamika kepribadian
·         Lamanya perawatan lebih singkat jika dibandingkan misalnya dengan terapi secara psikoanalistis.
Dasar dari teknik ini adalah manusia mampu memulai sendiri arah perkembangannya dan menciptakan  kesehatan dan menyesuaikannya. Sebab itu, konselor harus mempergunakan teknisnya untuk memajukan tendensi perkembangan klien tidak secara langsung tetapi dengan menciptakan kondisi perkembangan yang positif dengan cara permisif. Konselor sebanyak mungkin membatasi diri dengan tidak memberikan nasihat, pedoman, kritik, penilaian, tafsiran, rencana, harapan, dan sebagainya.
Dengan cara ini, konselor dapat membantu klien untuk mengemukakan pengertiannya dan rencana hidupnya. Untuk memungkinkan pemahaman ini konselor diharapkan bersifat dan bersikap:
·      Menerima (Acceptance)
·      Sikap terapis yang ditujukan agar klien dapat melihat dan mengembangkan diri apa adanya.
·      Kehangatan (Warmth)
·      Ditujukan   agar  klien   merasa  aman   dan memiliki penilaian yang lebih positif tentang dirinya.
·      Tampil apa  adanya (Genuine)
·      Kewajaran yang perlu ditampilkan oleh terapis agar klien memiliki sikap positif.
Empati (Emphaty)
Menempatkan diri dalam kerangka acuan batiniah (internal frame  of reference),  klien   akan memberikan manfaat besar dalam memahami diri dan problematikanya.
Penerimaan tanpa  syarat (Unconditional positive  regard)
Sikap penghargaan tanpa tuntutan yang ditunjukkan terapis pada klien, betapapun  negatif perilaku atau sifat klien, yang kemudian sangat bermanfaat dalam pemecahan masalah.
Transparansi (Transparancy)
Penampilan  terapis  yang transparan atau tanpa topeng pada   saat  terapi   berlangsung    maupun  dalam kehidupan keseharian merupakan   hal yang penting  bagi klien untuk mempercayai dan menimbulkan rasa aman terhadap segala sesuatu yang diutarakan.

Kongruensi (Congruence)
Konselor dan klien berada pada hubungan yan sejajar dalam relasi terapeutik yang sehat. Terapis  bukanlah  orang  yang memiliki kedudukan lebih tinggi dari kliennya.Kondisi-kondisi yang memungkinkan klien mengubah  diri secara konstruktif mengharuskan klien dan terapis berada dalam kontak psikologis. Dengan demikian, akan dapat dilihat perubahan yang terjadi dalam proses terapi antara lain :
·         Klien akan mengekspresikan pengalaman dan perasaannya tentang kehidupan, dan problem yang dihadapi.
·         Klien akan berkembang menjadi orang yang dapat menilai secara tepat makna perasaannya.
·         Klien mulai merasakan self concept antara dirinya dan pengalaman mereka.
·         Klien sadar penuh akan perasaan yang mengganggu.
·         Klien mampu mengenal konsep diri dengan terapi yang tidak mengancam.
·         Ketika terapi dilanjutkan, konsep dirinya menjadicongruence.
·         Mereka mengembangkan kemampuan dengan pengalaman yang dibentuk oleh unconditional positive regard.
·         Mereka akan mengevaluasi pengalaman-pengalamannya sehingga mampu berelasi sosial dengan baik.
·         Mereka menjadi positif dalam menghargai diri sendiri.
·         Setelah terapi, klien akan mendapatkan insight secara mendalam terhadap diri dan permasalahannya.
·         Mereka menjadi terbuka terhadap pengalaman dan perasaannya sendiri.
·         Dalam pengalamannya sehari-hari mereka bisa mentransendensikan, jika diperlukan.
·         Mereka menjadi kreatif. Mereka merasa dalam hidup menjadi lebih baik, juga dalam hubungan dengan orang lain.
TEORI HUMANISTIK MENURUT CARL ROGERS
Metode yang diterapkan Rogers dalam psikoterapi awalnya disebut non direktive atau terapi yang berpusat pada klien (client centered therapy), dan pioner dalam risetnya pada proses terapi. Pendekatan terapi yang berpusat pada klien dari Rogers sebagai metode untuk memahami orang lain, menangani masalah-masalah gangguan emosional. Rogers berkeyakinan bahwa pandangan humanistik dan holisme terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Dalam teorinya, klien diajak untuk memahami diri dan pada akhirnya menyadari untuk mengembangkan diri secara utuh.
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being), yaitu :
1.      Keterbukaan pada pengalaman.
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
2.      Kehidupan ekstansial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
3.      Kepercayan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
4.      Perasaan bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan-rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
5.      Kreatifitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan cirri-ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.

Carl Rogers adalah seorang psikolog humanistik yang menekankan perlunya sikap saling menghargai dan tanpa prasangka (antara klien dan terapist) dalam membantu individu mengatasi masalah-masalah kehidupannya. Rogers menyakini bahwa klien sebenarnya memiliki jawaban atas permasalahan yang dihadapinya dan tugas terapist hanya membimbing klien menemukan jawaban yang benar. Menurut Rogers, teknik-teknik assessment dan pendapat para terapist bukanlah hal yang penting dalam melakukan treatment kepada klien.
Menurut Rogers motivasi orang yang sehat adalah aktualisasi diri.
Aktualisasi diri adalah proses menjadi diri sendiri dan mengembangkan sifat-sifat dan potensi -potensi psikologis yang unik. Aktualisasi diri akan dibantu atau dihalangi oleh pengalaman dan oleh belajar khususnya dalam masa kanak - kanak. Aktualisasi diri akan berubah sejalan dengan perkembangan hidup seseorang. Ketika mencapai usia tertentu (adolensi) seseorang akan mengalami pergeseran aktualisasi diri dari fisiologis ke psikologis.
Pandangan ini dikembangkan berdasarkan terapi yang dilakukannya. Kehidupan yang sebaik-baiknya bukan sasaran yang harus dicapai, tetapi arah dimana orang dapat berpartisipasi sepenuhnya sesuai dengan potensi alamiahnya. Berfungsi utuh adalah istilah yang dipakai Rogers untuk menggambarkan individu yang memakai kapasitas dan bakatnya, merelisasi potensinya, dan bergerak menuju pemahaman yang lengkap mengenai dirinya sendiri dan seluruh rentang pengalamannya / unconditional positive regards.
Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.      Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.
2.      Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa
3.      Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.
4.      Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.
Rogers menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip belajar humanistik yang penting diantaranya ialah :
1.      Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.
2.      Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.
3.      Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.
4.      Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.
5.      Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.
6.      Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.
7.      Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
8.      Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam dan lestari.
9.      Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.
10.  Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif.
Carl Rogers menyatakan pentingnya penerimaan tanpa syarat, penghargaan dan hubungan yang nyaman antara terapis dan klien, hubungan dialogis yang memberdayakan klien untuk mencapai aktualisasi diri siswa (dalam Palmer, 2003). Implikasi ajaran tersebut dalam bidang pendidikan adalah perlunya perilaku guru yang menerima siswa sesuai potensinya, menciptakan hubungan yang saling percaya dan nyaman, hubungan dialogis yang memberdayakan siswa untuk mencapai aktualisasi diri. Pengajaran yang baik adalah “proses yang mengundang siswa untuk melihat dirinya sebagai orang yang mampu, bernilai, dan mengarahkan diri sendiri, dan pemberian semangat kepada mereka untuk berbuat sesuai dengan persepsi dirinya tersebut” (Purkey & Novak, dalam Eggen & Kauchak, 1997).
PENDAPAT :
Teori ini memiliki Kelemahan atau kekurangan yang terletak pada perhatiannya yang semata- mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpendapat bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Selain itu, gagasan bahwa seseorang harus dapat memberikan respons secara realistis terhadap dunia sekitarnya masih sangat sulit diterima. Semua orang tidak bisa melepaskan subyektivitasnya dalam memandang dunia karena kita sendiri tidak tahu dunia itu secara obyektif.  Rogers juga mengabaikan aspek- aspek sadar dalam tingkah laku manusia karena ia lebih melihat pada pengalaman masa sekarang dan masa depan, bukannya pada masa lampau yang biasanya penuh dengan pengalaman traumatic yang menyebabkan seseorang mengalami suatu penyakit psikologis.
Roger selalu berpegang teguh dalam menggambarkan pribadi yang berfungsi sepenuhnya adalah pribadi yang mengalami penghargaan positif tanpa syarat. Ini berarti dia dihargai, dicintai karena nilai adanya diri sendiri sebagai person sehingga ia tidak bersifat defensif namun cenderung untuk menerima diri dengan penuh kepercayaan.

Contoh :
Dalam rumah tangga, sepasang suami istri selalu bertengkar dan membuat suasana rumah menjadi tidak nyaman. Dalam perkawinan mereka memiliki 1 orang anak yang berumur 16 tahun. Karena merasa tidak mendapatkan kasih sayang dalam rumah dan stress karena harus selalu melihat orang tuanya bertengkar. Akhirnya anak ini jarang berada dirumah dan sering bergaul dengan teman-temannya diluar, seiring waktu anak ini akhirnya terjerat dalam pergaulan bebas yang mengakibatkan iya over dosis karna mengkonsumsi obat-obatan.
Setelah kejadian itu, orangtuanya pun sadar bahwa selama ini mereka kurang memberi perhatian kepada anaknya. Dan sejak kejadian itu pula, kedua suami istri ini hampir tidak pernah bertengkar lagi.





















BIOGRAFI ABRAHAM MASLOW
Tokoh dengan nama lengkap Abraham Harold Maslow, lahir pada tanggal 1 Aprik 1908 di Brooklyn, New York, sebagai anak sulung dari tujuh orang bersaudara. Kedua orangtuanya adalah penganut Yahudi tidak berpendidikan yang berimigrasi dari Rusia.
Karena sangat berharap anak-anaknya berhasil di dunia baru, kedua orangtuanya memaksa Maslow dan saudara-saudaranya belajar keras agar meraih keberhasilan di bidang akademik. Tidak heran jika semasa kanak-kanak dan remaja, Maslow menjadi anak penyendiri dan menghabiskan hari-harinya dengan buku.
Demi menuruti keinginan orangtuanya, pertama-tama Maslow belajar hukum di City College of New York (CCNY). Setelah tiga semester belajar di sana, dia pindah ke Cornell lalu kembali ke CCNY. Dia menikahi sepupunya, Bertha Goodman, dan pernikahan ini bertentangan dengan keinginan orangtuanya. Maslow dan Bertha dikaruniai dua orang puteri.
Dia dan Bertha kemudian pindah ke Wisconsin agar bisa masuk ke University of Wisconsin. Di sinilah ketertarikannya pada bidang psikologis mulai tumbuh, sehingga perjalanan akademisnya berubah secara dramatis. Setahun setelah lulus, dia kembali ke New York untuk bekerja dengan E. L. Thorndike di Coolumbia dimana dia melakukan penelitian tentang seksualitas manusia.
Dia mulai mengajar full time di Brooklyn College. Dalam periode inilah dia bergaul dengan beberapa pemikir Eropa yang berimigrasi ke AS, khususnya ke Brooklyn, akibat perang yang berkecamuk di sana. Di antara pemikir tersebut adalah Adler, Fromm, Horney dan psikolog-psikolog Gestalt dan Freudian.
Tahun 1951, Maslow menjabat ketua departemen psikologi di Brandels selama 10 tahun. Di sinilah dia bertemu dengan Kurt dan mulai menulis karya-karya teoretisnya sendiri. Di sini, dia juga mulai mengembangkan konsep psikologi humanistik – konsep yang baginya jauh lebih penting ketimbang usaha-usaha teoretisnya.
Dia menghabiskan masa pensiunnya di California, sampai akhirnya dia mengalami serangan jantung dan meninggal pada tanggal 8 Juni 1970.

TEORI ABRAHAM MASLOW
Maslow adalah salah satu tokoh psikologi yang beraliran pada mazhab ketiga (humanis). Dalam teorinya Maslow berpendapat bahwa manusia itu didasari oleh kerangka kebutuhan, yang kemudian disebut dangan teori kebutuhan Maslow. Maslow mengajukan suatu teori kebutuhan yang berdasarkan kepada kirarki, dimana kebutuhan yang mendasar adalah kebutuhan akan biologis, kebutuhan akan rasa aman, kebutuhan akan rasa cinta kasih, kebuthan akan penghargaan dan kebutuhan akan aktualisasi diri.
Teori Abraham Maslow, tentang motivasi manusia dapat diterapkan pada hamper seluruh aspek kehidupan pribadi serta social. Maslow juga mengatakan bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah kebutuhan dasar yang bersifat sama untuk seluruh spesies, tidak berubah, dan berasal dari sumber genetic atau naluriah. Dan konsep inilah yang mendasar dan unik bagi teori Maslow.
Hirarki Kebutuhan Maslow
1.      Kebutuhan-kebutuhan Fisologis atau Biologis.
Yang mendasar pada teori Maslow adalah pendapatnya tentang kebutuhan fisiologis atau yang biasa disebut dengan kebutuhan biologis. Diman kebutuhan ini adalah kebutuhan yang paling kuat dan paling jelas diantara kebutuhan-kebutuhan yang lainnya, yaitu kebutuhan mempertahankan hidupnya secara fisik diantaranya adalah: kebutuhan akan makan, minum, tempat tidur, seks dan oksigen.
Maslow mengatakan seseorang yang belum terpenuhi kebutuhan dasarnya, maka ia akan terlebih dulu memburu kebutuhan dasarnya itu sebelum beranjak kepada kebutuhan lainnya.
2.      Kebutuhan akan Rasa Aman
Setelah kebuthan-kebutuhan fisiologis dapat terpenuhi, maka akan muncul kebutuhan baru yang oleh Maslow disebut dengan kebutuhan akan rasa aman. Karena kebutuhan rasa aman biasanya terpuaskan pada orang dewasa yang normal dan sehat, maka cara yang terbaik untuk mengetahui kebutuhan tersebut adalah dengan mengamati tingkah laku orang dewasa yang mengalami gangguan (neurotic). Maslow mengatakan bahwa orang dewasa yang tidak aman (neurotic), maka ia akan bertingkah laku seperti anak-anak yang tidak aman, ia akan merasa dalam keadaan terancam, disamping itu ia akan bertindak seakan-akan dalam keadaan darurat.
3.      Kebutuhan akan rasa cinta kasih
Cinta, sebagaimana kata itu digunakan oleh Maslow, tidak boleh dikacaukan dengan seks, yang dapat dipadankan dengan sebagai kebutuhan fisiologi semata. Ia mengatakan bahwa “tingkah laku seksual ditentukan oleh banyak kebutuhan, bukan hanya kebutuhan seksual melaikan oleh kebutuhan lain, yang utama diantaranya adalah kebutuhan akan cinta dan kasih saying. Maslow menyukai rumusan yang dikemukakan oleh Carl Roges tentang cinta, yaitu “keadaan dimengerti secara mendalam dan diterima dengan dengan sepenuh hati.
Disamping itu Maslow juga berpendapat bahwa, kecendrungan Freudian menggap cinta berasal dari seks merupakan kesalahan serius. Maslow juga merasa heran mengapa psikologi hanya membahsa sedikit saja tentang cinta, Maslow juga mengemukakan bahwa tanpa cinta pertumbuhan dan perkembangan manusia akan terhambat. Bagi Maslow, cinta menyangkut suatu hubungan sehat dan penuh kasih mesra antara dua orang, termasuk sikap saling percaya. Dalam hubungan yang sejati tidak akan ada rasa takut, sering kali cinta akan rusak apabila salah satu pihak merasa takut kalau-kalau kelemahan dan kesalahan akan terungkap. Maslow mengatakan juga, “kenutuhan akan cinta meliputi cinta yang memberi dan cinta yang menerima.
4.      Kebutuhan akan penghargaan
Maslow menemukan bahwa setiap orang memiliki dua kategori kebutuhan yakni” harga diri dan penghargaan dari orang lain. Harga diri meliputi: kebutuhan akan percaya diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan prestasi, ketidak katergantungan dan kebebasan. Sedangkan kebutuhan akan dihargai oleh orang lain adalah: prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, nama baik serta penghargaan.
5.      Kebutuhan akan aktualisasi diri
“Setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya”, itulah yang dikatakan oleh Maslow. Oleh karenanya pemaparan tentang kebutuhan psikologis untuk menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan oleh Maslow dikatakan dengan aktualisasi diri. Dimana aktualisasi pada hirarki kebutuhan Maslow merupakan tingkatan paling tinggi, bagaimana tidak karena setiao orang dapat mengembangkan dirinya dengan sepenuh kemampuan yang dimilikinya untuk dapat menjadi manusia seutuhnya.
Maslow juga membrikan cirri yang universal kepada mereka yang dapat mengaktualisasikan dirinya adalah kemampuan mereka melihat hidup dengan jernih, melihat hidup apa adanya bukan apa yang mereka inginkan. Mereka tidak bersikap emosional, justru bersikap objektif terhadap hasil-hasil pengamatan mereka. Disamping itu cirri lain dari orang teraktualisasikan dirinya adalah kadar konflik dirinya yang rendah, ia tidak melawan dirinya sendiri tapi ia lebih bersifat produktif.
Dari hirarki kebutuhan tersebut dapat terlihat bahwa prioritas pemenuhan kebutuhan sangat ditentukan oleh tingkatan kebutuhan yang ada. Artinya individu yang sudah terpenuhi kebutuhan fisiologis dasar secara otomatis akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan di tingkat yang lebih tinggi dan begitu seterusnya.

Struktur Kepribadian Abraham H. Maslow
Teori kepribadian Abraham Maslow terdiri diatas jumlahn asumsi dasar tentang motivasi. Pertama, Maslow mengadopsi pendekatan holistik terhadap motivasi, yaitu: seluruh orang, bukan satu bagian atau fungsi tunggalnya saja, yang termotivasi.
Kedua, motivasi biasanya bersifat kompleks, artinya perilaku seseorang bisa muncul dari beberapa motif yang terpisah. Contohnya, hasrat untuk melakukan hubungan seks biasanya dimotivasi bukan hanya oleh kebutuhan genital, tetapi juga untuk kebutuhan mendominasi, persahabatan, cinta dan harga diri. Selain itu, motivasi tingkah laku tertentu bisa saja tidak disadari atau tidak diketahui pribadi tersebut. Contohnya, motivasi seorang mahasiswa untuk meraih nilai tinggi bisa saja menopangi kebutuhannya untuk mendominasi atau menguasai. Penerimaan Maslow terhadap pentingnya motivasi yang tidak disadari adalah suatu pembeda utama dirinya dari Gordon Allport. Jika Allport yakin seseorang yang bermain golf untuk mencari kesenangan main golf itu sendiri namun, Maslow berpendapat lain dengan mencari berbagai alasan yang melandasi dibalik kesenangan itu, yang sering kali lebih kompleks dari sekedar keinginan untuk bermain golf.
Asumsi ketiga adalah manusia termotivasi secara terus menerus oleh suatu kebutuhan atau kebutuhan yang lainnya. Ketika suatu kebutuhan terpenuhi biasanya dia kehilangan daya motivasinya, dan digantikan oleh kebutuhan lain. Contohnya, selama kebutuhan rasa lapar tidak terpenuhi, manusia akan berjuan untuk mencari makanan. Namun ketika sudah cukup makan, mereka akan bergerak pada kebutuhan lain, seperti rasa aman, persahabatan dan harga diri.
Asumsi keempat adalah semua orang dimanapun termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan dasar yang sama. Cara manusia diberagam budaya memperoleh makanan, mengungkapkan persahabatan, dan seterusnya bisa sangat beragam namun, kebutuhan fundamental akan makanan, rasa aman, dan persahabatan adalah fakta umum bagi seluruh spesies manusia.
Perkembangan Kepribadian dalam Perspektif Maslow
Konsep perkembangan bagi Abraham Maslow adalah erat kaitannya dengan gagasan-gagasannya tentang kemampuan. Hasil-hasil penelitiannya membawanya sampai pada kesimpulan bahwa perkembangan kearah aktualisasi diri merupakan sesuatu yang wajar sekaligus perlu. Perkembangan diartikannya sebagai mekarnya bakat-bakat, kapasitas-kapasitas, kretivitas, kebijaksanaan dan karekter secara terus menerus. Sedangkan pertumbuhan diartikan sebagai pemuasan secara prodresif atas kebutuhan-kebutuhan psikologisyang makin meningkat.
Maslow mengatakan bahwa manusia memiliki kapasitas untuk tumbuh dan berkembang, tapi kecil presentase orang yang mampu mendekati realitas penuh atas kemampuan-kemampuan mereka, tak terkecuali dilingkungan masyaratakat Amerika yang cenderung bebas. Sehinggga Maslow mengemukakan beberapa factor mengapa manusia itu gagal untuk berkembang dan tumbuh, diantarantaya adalah:
1.      Sebagaimana yang telah dikemukakan bahwa, naluri manusia itu cenderung lemah, akibatnya benih-benih pertumbuhan dengan mudah dibuat tak berdaya oleh kebiasaan-kebiasaan buruk, lingkungan, budaya yang kurang baik atau pendidikan yang kurang memadai atau bahkan keliru.
2.      Dilingkungan kebudayaan barat ada kecendrungan kuat untuk takut pada naluri-naluri, kecendrungan untuk memandang semua naluri bersifat kebinatangan serta hina.
3.      Pengaruh negative kebutuhan akan rasa aman dan perlindungan yang rendah itu ternyata kuat.
4.      Kecendrungan pada orang dewasa untuk meragukan dan bahkan takut pada kemampuan-kemampuan mereka sendiri, takut bahwa potensi mereka lebih besar dari yan selama ini merka sadari.
5.      Lingkungan budaya dapat menghambat perkembangan manusia kearah aktualisasi diri.
6.      Sudah dikemukakan bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan dirinya adalah lebih fleksibel dari kebanyakan orang, lebih terbuka pada gagasan-gagasan dan pengalaman-pengalaman baru. Tapi banyak dari manusia yan terkungkung dengan masa lalunya, sehingga hal itu dapat menghambat proses perkembangan manusia itu sendiri dan bahkan mereka tidak dapat mengaktualisasiaka dirinya.


PENDAPAT :
 Menurut saya teori Maslow sudah cukup baik, teori maslow juga hampir sama dengan teori rogers. Perbedaannya teori rogers membahas tentang perubahan diri seseorang saja, sedangkan Maslow lebih menekankan kepada apa yang kita butuhkan dalam hidup. Tetapi dalam teori ini, tidak terdapat adanya kebutuhan spiritual. Padahal selama ini banyak kasus psikologis yang melibatkan adanya kebutuhan manusia akan agama, kepercayaan ataupun spiritulitas tertentu. Kebutuhan manusia akan tuhan tidak ada dalam teori ini.
Pada teori ini Humanis tidak percaya bahwa manusia yang mendorong dan ditarik oleh kekuatan mekanik, salah satu dari rangsangan dan bala bantuan (behaviorisme) atau impuls naluriah sadar (psikoanalisis). Humanis berfokus pada potensi. Mereka percaya bahwa manusia berusaha untuk tingkat atas kemampuan. Manusia mencari batas-batas kreativitas, tertinggi mencapai kesadaran dan kebijaksanaan. Ini telah diberi label “berfungsi penuh orang”, “kepribadian sehat”, atau sebagai Maslow menyebut tingkat ini, “orang-aktualisasi diri.”

CONTOH :
 Seorang anak yang bernama Sisi saat ini telah menjadi mahasiswa di salah satu Universitas ternama. Ia berasal dari keluarga yang berada. Ia meminta kepada orang tuanya mobil, handphone, gadget dan laptop untuk kebutuhan kuliah. Ia juga selalu memesan buku-buku dari luar kota untuk melengkapi seluruh kebutuhannya demi kelancaran kuliahnya.







BIOGRAFI ARTHUR COMBS
Arthur W. Combs (1912-1999) adalah seorang pendidik / psikolog yang memulai karir akademis sebagai profesor ilmu biologi dan psikolog sekolah di sekolah umum di Alliance, Ohio (1935-1941). Ia menerima gelar MA dalam Konseling, sekolah di The Ohio State University (1941) dan diterima di program doktor dalam psikologi klinis pada lembaga, di mana Carl Rogers menjabat sebagai guru dan mentor. Dia menyelesaikan gelar doktor pada tahun 1945.
Arthur W. Combs began his professional career in the public schools of Alliance, Ohio in 1935. To improve his skills in helping students, he sought a doctorate in clinical Psychologi at Ohio state and spent the next ten years operating a psychological clinic and training students and counceling and psychoterapy at syracuse University (Arthur W. Combs, 2006, hlm. ii). (Arthur W. Combs memulai karir profesionalnya di sekolah umum, Alliance, Ohio pada tahun 1935. Untuk meningkatkan keahliannya dalam membantu siswa, ia mencari gelar doktor di Klinik Psikologi di negara bagian Ohio dan menghabiskan sepuluh tahun berikutnya untuk mengoperasikan klinik dan pelatihan siswa dan konseling psikologis di Syracuse University dan psychoterapy).
Pada tahun 1949 ia terpilih sebagai Presiden Asosiasi Psikologi di New York dan pada tahun yang sama ia turut menulis (dengan Donald L. Snygg) perilaku individu: kerangka kerja baru untuk psikologi. Buku ini menyajikan suatu kerangka komprehensif dan sistematis untuk membuat rasa terbaik dari pengalaman manusia, perilaku dan hubungan antara keduanya.
    Pengertian teori belajar humanistik Combs
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untukmemanusiakan manusia (mencapai aktualisasi diri dan sebagainya dapat tercapai.[2]
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,bukan dari sudut pandang pengamatnya.[3]
Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka. Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dari ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan kepuasan baginya. Untuk itu guru harus memahami perilaku siswa dengan mencoba memahami dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada.
Perilaku internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dalam dunia seseorang seperti dua lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu.. Lingkaran kecil (1) adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
2.        Peran Guru dalam Teori Arthur Combs
Psikologi humanistik memberi perhatian atas guru sebagai fasilitator.  Berikut ini adalah berbagai cara untuk memberi kemudahan belajar dan berbagai kualitas fasilitator. Ini merupakan ikhtisar yang sangat singkat dari beberapa (petunjuk):[5]
a)Fasilitator sebaiknya memberi perhatian kepada penciptaan suasana awal, situasi kelompok, atau pengalaman kelas
b)Fasilitator membantu untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum.
c)Dia mempercayai adanya keinginan dari masing-masing siswa untuk melaksanakan tujuan-tujuan yang bermakna bagi dirinya, sebagai kekuatan pendorong, yang tersembunyi di dalam belajar yang bermakna tadi.
d)Dia mencoba mengatur dan menyediakan sumber-sumber untuk belajar yang paling luas dan mudah dimanfaatkan para siswa untuk membantu mencapai tujuan mereka.
e)Dia menempatkan dirinya sendiri sebagai suatu sumber yang fleksibel untuk dapat dimanfaatkan oleh kelompok.
f)Di dalam menanggapi ungkapan-ungkapan di dalam kelompok kelas, dan menerima baik isi yang bersifat intelektual dan sikap-sikap perasaan dan mencoba untuk menanggapi dengan cara yang sesuai, baik bagi individual ataupun bagi kelompok
g)Bilamana cuaca penerima kelas telah mantap, fasilitator berangsur-sngsur dapat berperanan sebagai seorang siswa yang turut berpartisipasi, seorang anggota kelompok, dan turut menyatakan pendangannya sebagai seorang individu, seperti siswa yang lain.
h)Dia mengambil prakarsa untuk ikut serta dalam kelompok, perasaannya dan juga pikirannya dengan tidak menuntut dan juga tidak memaksakan, tetapi sebagai suatu andil secara pribadi yang boleh saja digunakan atau ditolak oleh siswa
i)Dia harus tetap waspada terhadap ungkapan-ungkapan yang menandakan adanya perasaan yang dalam dan kuat selama belajar
j)Di dalam berperan sebagai seorang fasilitator, pimpinan harus mencoba untuk menganali dan menerima keterbatasan-keterbatasannya sendiri.
3.        Peran Siswa dalam Teori Arthur Combs
Dalam teori Combs peranan siswa lebih dominan, karena guru terfokus pada fasilitator yang coba memberikan arahan kepada siswa. Siswa berperan sebagai pelaku utama (student center) yang memaknai proses pengalaman belajarnya sendiri. Diharapkan siswa memahami potensi diri, mengembangkan potensi dirinya secara positif dan meminimalkan potensi diri ya Tujuan pembelajaran lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umumnya dilalui adalah :
1.                  Merumuskan tujuan belajar yang jelas
2.                  Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3.                  Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri
4.                  Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri
5.                  Siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukkan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.
6.                  Guru menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggungjawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.
7.                  Memberikan kesempatan murid untuk maju sesuai dengan kecepatannya


PENDAPAT :
Menurut saya, metode dalam teori Arthur cukup benar dalam metode pengajaran, guru seharusnya tidak boleh memaksakan kehendaknya kepada murid. Pelajaran yang diberikan seharusnya seimbang dengan daya serap muridnya sendiri. guru harus lebih cermat menilai dan membaca keadaan, khususnya kondisi psikologis setiap anak.
Seorang pendidik harus dapat memahami perilaku peserta didik jika ia mengetahui bagaimana peserta didik memersepsikan perbuatannya pada suatu situasi. Apa  yang kelihatannya aneh bagi kita, mungkin saja tidak aneh bagi orang lain.
 Namun Teori ini pun memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan teori ini, dimana Teori ini jika diterapkan dalam materi pembelajaran maka akan membentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial dalam diri siswa, indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah siswa merasa senang bergairah, berinisiatif dalam belajar dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri dan siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku. Sedangkan kekurangan teori Arthur Combs ini adalah Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar dan teori ini terlalu memberi kebebasan pada siswa.

CONTOH :
   Seorang guru Biologi bernama Zulfika, saat masuk mengajar kekelas ia hanya membawa 1 buku dan laptop. Dalam cara mengajarnya ia sangat santai dan lebih senang menggunakan media audio visual dengan menayangkan video-video tentang perkembang biakkan makhluk hidup. Ia tidak menuntut siswanya untuk membaca. Melainkan ia mengajar dengan cara bercerita.
Metode seperti ini dianggapnya lebih mudah di serap oleh siswanya dan ia yakin metode seperti ini tidak akan membuat siswanya bosan. Sehingga apa yang dijelaskannya dapat dengan mudah diserap oleh siswa-siswanya.